Catatan ini di ambil dari
Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada alamat dibawah ini :
Sekitar tahun
1900 SM, ada seorang Ibrani yang bernama Yakub
yang merupakan leluhur Bangsa Israel.
Nama Yakub kemudian diganti menjadi Israel. Israel memiliki 12 orang anak, Ruben,
Simeon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Keturunan
merekalah yang disebut dengan ke-12 Suku Israel. Ke-12 Suku ini disebut sebagai
"orang Israel".
Setelah mereka
menduduki tanah Kanaan, Suku Lewi tidak mendapatkan daerah
warisan karena mereka adalah Suku spesial, yaitu Suku para Imam.
Suku Yusuf maka dibagi menjadi dua menurut anak-anak Yusuf, yaitu Manasye dan Efraim (karena Yusuf mendapat berkat ganda
dari ayahnya, Israel). Demikianlah tanah Kanaan dibagi menjadi 12 bagian oleh orang Israel.
Kedua belas
suku Israel mencapai puncak kejayaannya pada pemerintahan Raja Salomo pada abad ke-10 SM. Namun setelah kematian Salomo, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua,
menjadi Kerajaan Israel
Utara (yang disebut "Kerajaan Israel") dengan 10 suku, dan
Kerajaan Israel Selatan (yang disebut
"Kerajaan Yehuda") hanya dengan suku Yehuda dan suku Benyamin. Kerajaan Israel beribukota di Samaria dan Kerajaan Yehuda/Yudea
beribukota di Yerusalem. Kata "Yahudi" dipakai
untuk menyebut keturunan dari Kerajaan selatan ini, yang akhirnya membentuk
Negara Israel modern, dengan demikian merujuk pada orang Israel modern.
Sepuluh Suku
Utara Israel yang 'Hilang' berasal dari Kerajaan utara, sementara Suku Yehuda
dan Benyamin bergabung dengan Kerajaan selatan. Pada abad kedelapan SM Kerajaan
utara ditaklukkan oleh Bangsa Asiria dari Kekaisaran Asiria, dan kesepuluh Suku
Israel tersebut ditawan dan dipaksa untuk pergi ke Negeri Asiria. Mereka tidak
pernah kembali lagi dan tidak ada catatan tentang mereka lagi. Merekalah yang
disebut dengan Sepuluh Suku Utara Israel yang ‘Hilang’.
Mengenai Suku
Simeon yang tidak banyak disebutkan dan dipercaya telah tercerai-berai sejak
kematian Yakub, beberapa sumber menggabungkan Suku ini dengan kesepuluh Suku
yang ‘hilang’ dari utara, namun beberapa lainnya menggabungkannya dengan
Kerajaan selatan, dan posisinya dalam 'kesepuluh' Suku digantikan oleh 'Manasye
barat' dan 'Manasye timur' (Suku Manasye yang besar memiliki dua bagian tanah,
satu di tepi barat sungai Yordan, dan satu di sebelah timurnya).
Menurut kitab
suci Yahudi dan Kristen, Yakub mempunyai 12 anak laki-laki dan 1 anak perempuan
yang tercatat (Dina) dari 2 istri dan 2 gundik, yaitu (dengan urutan kelahiran
dalam tanda kurung):
Lea : Ruben(1) , Simeon(2) , Lewi(3) , Yehuda(4) , Isakhar(9), Zebulon(10), Dina(P)
Rahel : Yusuf(11) , Benyamin(12)
Bilha : Dan(5) , Naftali(6)
Zilpa : Gad(7) , Asyer(8)
Kedua belas
anak laki-laki ini kelak menjadi bapak leluhur dari "Dua belas suku
Israel". Ketika Musa, Eleazar, Yosua dan para
kepala suku-suku Israel membagi tanah Israel pada 12 suku ini, Suku Lewi tidak mendapatkan bagiannya
karena suku ini dikhususkan untuk menjadi imam.
Suku Yusuf, atas wasiat Yakub sebelum meninggal, mendapatkan dua
bagian tanah melalui Suku Efraim dan Manasye, yang
merupakan keturunan dari dua putra Yusuf dari Asnat,
istrinya yang berasal dari Mesir.
Suku Yehuda, dan Suku Benyamin
bergabung membentuk Kerajaan Yehuda/Yudea,
yang dipercaya merupakan cikal bakal dari bangsa Yahudi yang hidup saat ini. Suku Lewi yang memiliki tugas keagamaan
sama sekali tidak memiliki tanah (hanya menguasai area Bait Suci dan 6 kota sisa). Sedangkan suku
lainnya (Ruben, Simeon, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Efraim, Manasye Timur, dan Manasye Barat) merupakan bagian dari Kerajaan Israel
Utara yang nantinya dinyatakan sebagai "Suku yang Hilang".
Setelah perang
saudara di waktu pemerintahan Rehabeam, anak dari
Raja Salomo, 10 Suku melepaskan diri dari
Kerajaan utama dan membuat Kerajaan sendiri yaitu Kerajaan Israel
Utara. 10 Suku ini terdiri dari 9 Suku (yang memiliki hak tanah)
yaitu Suku Zebulon, Isakhar, Asyer, Naftali, Dan, Manasye, Efraim, Ruben dan
Gad, dan beberapa anggota dari Suku Lewi yang tidak memiliki hak tanah. Suku Simeon tidak disebut sama sekali dalam
Alkitab dan banyak yang percaya bahwa Suku ini telah tercerai berai sejak
kembali dari Mesir.
Kerajaan Israel Selatan atau
Yehuda/Yudea, beribukota di Yerusalem dan dipimpin oleh Raja Rehabeam. Kerajaan ini memiliki penduduk
dari Suku Yehuda dan Benyamin (dan juga oleh beberapa anggota Lewi dan Simeon
yang masih tersisa).
Penaklukan Bangsa Asing
Pada tahun 721
SM [Samaria] sebagai ibuKota Kerajaan Israel
Utara diserbu oleh pasukan Asyur (Asiria) yang dipimpin oleh Salmaneser V dan dilanjutkan oleh Sargon II. Dan satu tahun kemudian Samaria
takluk dan dihancurkan. Penduduk Kerajaan Israel Utara yang terdiri dari 10
suku Israel (suku Yehuda dan suku Benyamin tidak termasuk di dalamnya) diasingkan dan dibuang ke Khorasan, yang sekarang merupakan bagian
dari Iran Timur dan Afganistan Barat. Suku-suku ini dipercaya
oleh bangsa Yahudi sekarang telah hilang dari
sejarah, karena melebur dengan suku-suku bangsa tempat mereka tinggal.
Perang pun
terus berlanjut di Timur Tengah. Bangsa-bangsa kuat saling beradu satu sama
lain memperebutkan kawasan Timur Tengah. Pada tahun 603 SM, kekuasaan bangsa Asyur
("Asiria") digantikan oleh bangsa Babel
("Babilonia"). Di masa kekuasaan Babel, Kerajaan Israel
Selatan atau Kerajaan Yehuda jatuh, dan Yerusalem dihancurkan
(587/586 SM). Setelah itu berlangsunglah masa pembuangan di Babel. 50 tahun kemudian, 538 SM, Kekaisaran Persia merebut kekuasaan Babel.
Sebagian Suku Yehuda dan Benyamin diperkenankan untuk kembali ke Yudea. Namun
sepuluh Suku Israel lainnya, penduduk Kerajaan Israel Utara, tidak pernah
disebutkan kembali sebagaimana dua suku itu, sehingga mereka dijuluki sebagai
"Sepuluh Suku (Utara) Israel yang 'Hilang'".
Tulisan Flavius Yosefus tentang Sepuluh Suku Utara Israel
yang 'Hilang'
"Raja Asyur mengangkut orang Israel ke dalam pembuangan ke Asyur dan menempatkan mereka di Halah, pada sungai Habor, yakni sungai Negeri Gozan, dan di Kota-Kota orang Madai"
Dalam Alkitab Perjanjian Lama 2 Raja-raja 18:11 tertulisTempat-tempat
ini sekarang terletak pada bagian utara Irak dan sebelah
barat laut Iran yang disebut Kurdistan. Kesepuluh
Suku Israel tersebut mulanya diangkut ke sana.
Menurut
sejarawan kuno Flavius Yosefus yang hidup pada abad pertama Masehi, di mana ia menulis tentang keberadaan
kesepuluh Suku tersebut: "... kesepuluh Suku yang berada di Efrat hingga
sekarang, dan yang berjumlah sangat besar, yang jumlahnya tidak dapat
diperkirakan." (Antiquitates Iudaicae 11:2)
Yosefus menulis
bahwa pada abad pertama Masehi kesepuluh Suku Israel hidup dalam jumlah yang
sangat besar di seberang Sungai Efrat. Hal ini mungkin berarti bahwa beberapa dari mereka tersebar ke sebelah
timur sungai Efrat.
Pathans (Pasthun) di Afghanistan & Pakistan
Pathans atau
Pasthun menganggap diri mereka sebagai anak-anak Israel, meskipun mereka
beragama Islam. Bangsa Pasthun memiliki kemiripan dengan kebiasaan Israel kuno.
Bangsa Pasthun kini tinggal di perbatasan Afghanistan-Pakistan. Mereka disebut
Afghans atau Pishtus menurut bahasanya. Di Afghanistan, jumlah mereka sekitar
enam juta jiwa, dan di Pakistan sekitar tujuh hingga delapan juta jiwa dan dua
juta jiwa lagi hidup seperti Suku Badui. Bukti-bukti yang menarik adalah
beberapa nama Suku-suku yang sama dengan Suku-suku Israel seperti:
Suku
Harabni yakni Ruben,
Suku Shinwari
adalah Simeon,
Suku Levani - Lewi,
Suku Daftani - Naftali,
Suku Jaji - Gad,
Suku Ashuri - Asyer,
Suku Yusuf Su,
anak-anak Yusuf,
Suku Afridi - Efraim, dan
seterusnya.
Pathans atau
Pasthun mengaku mempunyai hubungan dengan Kerajaan Israel kuno dari Suku Benyamin dan keluarga Saul. Menurut
tradisi, Saul mempunyai seorang anak, bernama Yeremia yang memiliki anak
bernama Afghana.
Menurut
Alkitab, terutama Kitab 2 Raja-raja, Kitab 1 Tawarikh dan Kitab 2 Tawarikh, sepuluh suku Israel dibuang ke Halah, Havor, sungai
Gozan dan Kota-Kota Madai. Beberapa kemiripan Tradisi Pasthun dengan Israel
kuno: memiliki sunat untuk anak laki-laki pada hari kedelapan, Patrilineal
(Garis Bapak), menggunakan Talith (Jubah Doa) Tsitsit, pernikahan
(Hupah), kebiasaan kaum wanita (pembasuhan di sungai), pernikahan dari pihak
keluarga ibu atau bapak (Yibbum), Sangat
menghormati bapak, larangan memakan daging kuda dan unta, Shabbat dengan
menyiapkan 12 roti Hallah, menghidupkan lilin pada saat Shabbat, hari Yom Kippur, menyembuhkan penyakit dengan bantuan kitab Mazmur (menempatkan kitab Mazmur dibawah kepada pasien, nama-nama Ibrani di
desa-desa dan menyebut nama Musa, dan
menggunakan simbol bintang Daud. Mereka hidup sebagai
Suku-suku yang terpencar dan memiliki hukum tradisi yakni Pashtunwali atau
hukum Pasthun yang mirip dengan hukum Taurat. Pasthun
bertradisi pernikahan ipar, yang mengharuskan saudara laki-laki menikahi janda
saudaranya yang meninggal tanpa keturunan, sama seperti Israel kuno (Ulangan 25:5-6). Pasthun juga
bertradisi mengorbankan kambing-domba penebusan, sama seperti masa Israel kuno
yang membebankan dosa seluruh Bangsa pada domba yang diusir ke gurun dan
disembelih (Imamat 16).
Kashmir di India bagian utara
Di India bagian
utara yakni Kashmir terdapat sekitar 5-7 juta jiwa. Terdapat nama Ibrani di
lembah dan di desa-desa di Kashmir seperti Har Nevo, Beit Peor, Pisga,
Heshubon. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa Bangsa Kashmir keturunan
Sepuluh Suku Utara Israel yang 'Hilang' pada pembuangan tahun 722 SM. Penampilan
fisik mereka berbeda dengan umumnya orang India. Tradisi mereka memang
mengindikasikan perbedaan asal-usul. Orang Kashmir memiliki hari raya Paskah pada musim
semi, saat dilakukan penyesuaian perbedaan penanggalan candra dan surya, dengan
cara seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi. Mereka memang menyebut diri
sebagai Bene Israel, Anak-anak Israel. Orang Kashmiri menghormati Sabbath (beristirahat
dari semua jenis kerja); menyunat bayi pada usia delapan bulan (di Alkitab, Kejadian 17:12: 8 hari); tidak makan ikan yang tak bersisik dan bersirip (Imamat 11), dan merayakan beberapa Hari Raya Yahudi lainnya, tetapi tidak yang berasal dari setelah
kehancuran Bait Allah pertama (seperti Hannukah).
Shin-lung (Bnei Manasye) di sekitar perbatasan
India-Myanmar
Di kawasan
pegunungan di kedua sisi perbatasan India-Myanmar, bermukim sekitar 2 juta
orang Shin-lung. Mereka memiliki tradisi penyembelihan binatang korban seperti
suku-suku Israel kuno pada umumnya, dan menyebut diri "Anak Manasye"
atau "Bnei Manasye". Kata Manasye banyak bermunculan dalam puisi dan
doa (mereka menyeru “Oh God of Manasseh”). Mereka memiliki tradisi cerita yang
mengatakan bahwa mereka dibuang ke suatu tempat yang berada di sebelah barat
tempat asal mereka, lalu bermigrasi ke timur dan mulai menjadi penggembala dan
penyembah dewa. Migrasi mereka berlanjut ke timur, mencapai perbatasan
Tibet-China, lalu mengikuti aliran Sungai Wei, hingga masuk dan bermukim di
China Tengah sekitar tahun 230 SM. Orang China menjadikan mereka sebagai budak,
sehingga beberapa di antara mereka melarikan diri dan tinggal di gua-gua kawasan
pegunungan Shin-lung, dan hidup miskin selama dua generasi. Mereka juga disebut
orang gua atau orang gunung dan tetap menyimpan kitab suci mereka. Akhirnya
mereka mulai berasimilasi dengan orang China dan terpengaruh budaya China,
hingga akhirnya mereka meninggalkan gua-gua pegunungan dan pergi ke barat,
melalui Thailand, menuju Myanmar. Setelah itu mereka berkelana tanpa kitab
suci, dan membangun tradisi lisan, hingga sampai di Sungai Mandaley, dan menuju
Pegunungan Chin. Pada abad-18 sebagian dari mereka bermigrasi ke Manipur dan
Mizoram, India Timur Laut.
Mereka sadar
bahwa mereka bukan orang China meskipun menggunakan bahasa China dialek lokal,
dan menyebut diri Lusi yang berarti Sepuluh Suku (”Lu” berarti Suku, dan “si”
berarti sepuluh). Tradisi Manasye antara lain adalah sunat (kini sudah
ditinggalkan), upacara pemberkatan anak pada usia 8 hari, hari raya keagamaan
yang mirip dengan hari raya keagamaan Yahudi, praktik pernikahan ipar demi
kelangsungan nama marga, menyebut nama Tuhan sebagai “Yahwe”, dan
memelihara puisi yang mirip dengan kisah penyeberangan Kitab Keluaran ketika
Bangsa Israel menyeberang Laut Merah. Di setiap kampung ada Pendeta atau Imam yang selalu
bernama Harun (Aaron,
saudara Musa dan Imam Pertama Yahudi) dengan
pewarisan turun-temurun. Salah satu tugas mereka adalah mengawasi kampung,
berdoa dan mempersembahkan korban, dengan jubah ber-‘breastplate’, ikat
pinggang dan mahkota, dan selalu membuka doa dengan menyebut nama Manasye.
Dalam kasus terdapat orang jatuh sakit, para Imam dipanggil untuk memberkati
pesakit dan mempersembahkan korban. Imam akan menyembelih domba atau kambing
dan mengoleskan darahnya di telinga, punggung dan kaki pesakit sambil
mengucapkan mantra yang mirip dengan Imamat 14:14. Pada kasus penyakit khusus,
diselenggarakan upacara khusus. Semacam upacara penebusan yang dilakukan dengan
memotong sayap burung dan menebar bulunya ke udara. Pada kasus penyakit lepra,
para Imam menyembelih burung di lapangan terbuka. Untuk penebusan dosa,
dilakukan pengorbanan domba di altar seperti dilakukan di Bait Allah (seperti
disaksikan seorang penulis di hutan Myanmar sekitar tahun 1963-1964). Darah
sembelihan ditorehkan di ujung altar, dagingnya dimakan. Yom Kippur dirayakan sebagai hari penebusan, sekali setahun seperti tradisi Yahudi.
Kendaraan Imam tidak boleh dibuat dari logam, namun dari tanah liat, kain, atau
kayu. Melakukan praktik pemujaan berhala dan mempercayai klenik sehubungan
dengan roh dan setan. Percaya reinkarnasi tapi percaya Tuhan di sorga akan
membantu dalam kesusahan.
Qiang (Ch’iang-min) di China bagian barat
Orang-orang
Qiang atau Ch’iang-min (sekitar 250 ribu orang, 1920) bermukim di Propinsi
Sechuan, China bagian barat, di daerah pegunungan sebelah barat Sungai Min,
dekat perbatasan Tibet [Thomas Torrance “The History, Customs and Religion of
the Ch’iang People of West China” (1920) dan “China’s First Missionaries:
Ancient Israelites” (1937)]. Mereka menganggap diri sebagai imigran dari barat
yang datang ke tempat tersebut setelah berjalan selama tiga tahun tiga bulan. Orang
China menganggap mereka sebagai barbar, dan mereka menilai orang China sebagai
penyembah berhala (Ch’iang-min percaya hanya pada satu Tuhan dan menyebutnya
‘Yawei’ ketika berada dalam kesulitan). Ch’iang-min mempraktikkan persembahan
korban yang dilakukan Imam, jabatan yang hanya bisa dijabat oleh pria yang
sudah menikah (Imamat 21:7,13) dan diwariskan turun-temurun. Para Imam mengenakan jubah putih bersih dan
bersurban khusus. Mezbah dibuat dari batu yang tidak dipotong dengan alat logam
(Keluaran 20:25), dan tidak
boleh didekati oleh orang asing dan “cacat” (Imamat 21:17-23). Para Imam
Ch’iang-min menggunakan tali pengikat jubah, dan sebatang tongkat berbentuk
seperti ular (kisah Musa di gurun). Setelah berdoa, para Imam membakar bagian
dalam dan daging korban sembelihan, dan mengambil bagian pundak, dada, kaki dan
kulit, sementara dagingnya dibagikan kepada pemberi persembahan. Saat
persembahan, mereka mengibarkan 12 bendera di sekitar altar untuk menjaga
tradisi bahwa mereka berasal dari satu bapak yang memiliki 12 anak. (Mereka
bertradisi sebagai keturunan Abraham dan berleluhur seorang bapak dengan 12
anak). Di antara orang Ch’iang-min, terdapat tradisi mengoleskan darah pada
ambang pintu demi keselamatan dan keamanan rumah, pernikahan ipar, tudung
kepala bagi wanita, memberi nama anak pada usia 7 hari hingga menjelang malam
ke-40.
Kelompok Suku/Bangsa lainnya yang 'terindikasi' keturunan
dari 10 Suku Utara Israel yang 'Hilang'
Samaria di
Israel & Palestina
Badui-Bedul di
Israel, Palestina & Yordani
Kurdi di
Suriah, Irak, Iran & Turki
Parthia di Iran
Bukharia di
Negara-Negara Asia Tengah & Kazakstan
Pathan-Afridi
di India & Pakistan
Bene Efraim di
India
Nasranis Kerala
(Malabar) di India bagian selatan
Tibet
China-Taiwan di
Taiwan
Korea di Korea
Utara & Korea Selatan
Jepang
Suku-suku di
Filipina
Nias di Sumatra
bagian utara, Indonesia
Batak-Toba di Sumatra
bagian utara, Indonesia
Mentawai di
Sumatra bagian barat, Indonesia
Minangkabau di
Sumatra bagian barat, Indonesia
Enggano di
Sumatra bagian selatan, Indonesia
Dayak Laut atau
Iban di Kalimantan (Indonesia, Malaysia & Brunei)
Talaud di
Sulawesi bagian utara, Indonesia
Sangihe di
Sulawesi bagian utara, Indonesia
Minahasa di
Sulawesi bagian utara, Indonesia
Mongondow di
Sulawesi bagian utara, Indonesia
Gorontalo di
Sulawesi bagian utara, Indonesia
Mandar di
Kalimantan bagian selatan & Sulawesi bagian selatan, Indonesia
Toraja di
Sulawesi bagian selatan, Indonesia
Sumba dan
Suku-suku lainnya di Flobamora, Indonesia & Timor Leste
Alef'uru dan
Suku-suku lainnya di Maluku, Indonesia
Beberapa Suku
Melanesia di Papua, Indonesia & Papua Nugini
Eskimo di Kanada
& Alaska, Amerika Serikat
Indian-Amerika
di Kanada & Amerika Serikat
Polynesia-Hawaii
di Hawaii, Amerika Serikat
Beberapa Suku
di Kamerun
Bilad el-Sudan
di Mali & Ghana
Annang di
Nigeria
Efik di Nigeria
Ibibio di
Nigeria
Ibo (Igbo) di
Nigeria
Sefwi (Rumah
Israel) di Ghana
Bani Israel di
Senegal
Anglo-Saxon
(Anglo-Israelism) yang membentuk Kerajaan Persemakmuran Inggris Raya &
Amerika Serikat
Irlandia
Belanda
Luksemburg
Gaul di Prancis
bagian utara
Jerman (Franka)
Denmark (Danes)
Swedia (Sami)
Finlandia
(Finn)
Viking di
Norwegia & Eslandia
Yunani
Aborigin di
Australia
Polynesia-Maori
di Selandia Baru
Mikronesia-Kiribati
di Kiribati